Politik,
Etnik dan Karya sastra
Republik Bagong
merupakan salah satu judul naskah drama karya N.Riantiarno. Drama-drama karya
Riantiarno selalu mengangkat dunia politik yang dikemas dalam dunia pewayangan
jawa. Pengangkatan tokoh-tokoh
perwayangan dalam drama dapat mengurangi paradigma masyarakat bahwa wayang
dikaitkan dengan ketroprak (drama tradisional) yang selalu dianggap
membosankan. Perwayangan yang dikaitkan dengan realitas dunia politik saat ini
belum tentu alur yang disajikan itu terdapat dalam kisah perwayang itu sendiri.
Oleh karena itu daya kreatif seorang pengarang dan bagaiman dia memandang
realitas itu sangatlah penting.
Riantiarno dapat
menampilkan sisi lain tokoh Pandawa yang biasanya berkarakter baik itu ternyata
mudah dipengaruhi sehingga dapat menghancurkan negaranya sendiri yaitu Amarta.
Tentu saja jika dikaitkan dengan keadaan bangsa ini berbeda. Pemerintahan
Indonesia tidak akan hancur hingga ada pengalihan kepemimpinan, kecuali pada
zaman penjajahan. Kritik politik dalam drama Republik Bagong tetap menyinggung
masalah pemerintahan Indonesia sejak zaman penjajahan hingga sekarang.
Drama Republik Bagong
meskipun alurnya tentang masalah politik dalam suatu pemerintahan, akan tetapi
tetap tidak menanggalkan unsur- unsur pewayangan Punakawan dan Pandawa. Unsur-unsur
tersebut misalkan saja dalam peresenjataan hingga pusaka yang dimiliki oleh
para ksatria pandawa. Hal tersebut membuat cerita pewayangan tersebut makin
hidup dan membawa nilai historisnya. Akan tetapi tak sepenuhnya masalah-masalah
yang dimunculkan dalam Republik Bagong tersebut benar adanya, karena dunia
pewayangan tak serumit dalam naskah
drama tersebut.
Berdirinya
partai-partai untuk merebutkan kekuasan itu muncul sejak zaman perwayangn.
Hanya saja dalam dunia perwayangan biasanya partai-partia itu terselubung,
tidak sefulgar seperti pemerintahan saat ini. Apalagi dunia pewayangan atau
katakanlah saja dalam sejarah kerajaan-kerajaan Indonesia politik partai
terselubung sudah ada untuk mendukung raja yang baru. Perbedaanya, dalam dunia
pewayangan dan keraaan biasanya tahta itu jatuh kepada keturunan rajanya,
sedangkan pada pemerintahan sat ini pemilihan pemimpin dalam bentuk
pemerintahan republik diadakan pemilihan calon-calon presiden. Bisa disebut hal
itu demokrasi. Jadi, jika dalam pewayangan ada sistem demokrasi dalam pemilihan
pemimpin saya rasa itu suatu bentuk improvisasi dari Riantiarno sendiri.
Selebihnya dalam naskah
drama Republik Bagong, Riantiarno dengan lengkap menyajikan babak demi babak
secara teratur dan detail. Hanya saja jika dipentaskan membutuhkan waktu yang
agak panjang juga, namun tetap tidak membosankan karena didukung oleh
nyanyian-nyanyian dari para lakon. Pemilihan lakon-lakon tidak menyimpang dari
karakter awal mereka, kecuali Pandawa yang memang dari awal sudah salah
sehingga menimbulkan masalah. Banyaknya karya sastra Riantiarno yang berbau
etnik dan budaya membuktikan bahwa dia tetap melestarikan sejarah dan budaya.